Kebudayaan Jepang

Kebudayaan Jepang
日本 の 文化
Nihon no Bunka


 祭
 Matsuri 

Apa itu matsuri ??
    Matsuri (祭) adalah istilah agama Shinto yang berarti persembahan ritual untuk Kami. Dalam pengertian sekuler, matsuri berarti festival atau perayaan di Jepang. Di daerah Kyushu, matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut kunchi.
    Berbagai matsuri diselenggarakan sepanjang tahun di berbagai tempat di Jepang. Sebagian besar penyelenggara matsuri adalah kuil Shinto (kuil Buddha). Walaupun demikian, ada pula berbagai "matsuri" (festival) yang bersifat sekuler dan tidak berkaitan dengan institusi keagamaan.

Beberapa matsuri antara lain: Shogatsu, Hinamatsuri, Hanami, Tanabata, Shichi-Go-San, O-misoka.

Shogatsu (1-3 Januari)
書が津
        Pada tanggal ini diperingati festival untuk menyambut tahun baru. Sebelum tahun baru rumah-rumah dibersihkan, hutang-hutang di bayarkan, dan Osechi dipersiapkan atau dibeli.
         Rumah didekorasi dan hari libur dirayakan dengan berkumpulnya keluarga, mengunjungi kuil, dan menghubungi sanak famili dan sahabat. Hari pertama dari tahun (ganjitsu) biasanya dilewatkan bersama keluarga.

Hinamatsuri (3 Maret)
ひな祭り
        Festival boneka ini mempunyai nama lain seperti Sangatsu Sekku (Festival Bulan 3), Momo Sekku (Festival Persik), Joshi no Sekku (Festival Gadis). Dikenal sebagai Festival Persik karena persik bersemi di awal musim semi dan disimbolkan sebagai keberanian dan kecantikan feminin. Anak perempuan memakai kimono terbaik mereka dan mengunjungi rumah temannya.          Di rumah-rumah di tempatkan panggung berisi hina ningyo (boneka hina, sederet boneka yang mewakili kaisar, permaisuri, pelayan, dan musisi yang memakai pakaian kuno) dan sekeluarga merayakan dengan makanan spesial Hishimochi dan Shirozake.







Hanami (akhir Maret hingga awal April)
花見
       
Hanami (O-hanami) atau festival bunga. Berasal dari kata hana-bunga dan mi-melihat, festival ini dirayakan setiap akhir Maret hingga April. Keindahan bunga sakura yang bermekaran merupakan kebanggan tersendiri bagi orang Jepang. Bahkan orang-orang Jepang menganggap bunga Sakura adalah bagian dari jiwa mereka.

        Tempat yang paling populer dikunjungi untuk merayakan O-hanami adalah taman-taman dan pusat rekreasi. Salah satu taman yang paling terkenal adalah Taman Ueno
          Selain merayakannya dengan berpiknik, berbagai acara besar pun digelar yang selalu bertemakan bunga sakura. Seperti konser musik, tari-tarian, dan berbagai kompetisi. Lomba puisi, kaligrafi, atau lagu, harus bertemakan bunga
sakura.








Tanabata (7 Juli)
七夕
        Disebut juga festival bintang. Aslinya berasal dari legenda China yang menceritakan dua bintang penenun (Vega) dan pengembala domba (Altair), dimana mereka berdua pasangan kekasih yang hanya dapat bertemu sekali dalam setahun pada malam ke-7 bulan ke-7 dimana tidak ada hujan dan banjir di Milky Way pada hari itu.
       
Dinamakan Tanabata setelah gadis penenun dari legenda Jepang dipercayai dialah yang membuat baju untuk dewa-dewa. Warga Jepang biasanya menuliskan permohonan dan harapan asmara di selembar kertas berwarna dan menggantungkannya di ranting bambu bersamaan dengan ornamen-ornamen kecil.










Shichi-Go-San (15 November)
七ー語ー三 
        Festival untuk anak-anak berusia 3, 5, 7 tahun. Anak laki-laki berusia 5 tahun atau 7 tahun serta anak perempuan berusia 3 tahun, dibawa ke kuil setempat untuk berdoa demi keselamatan dan hidup yang sehat.
         Festival ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa anak-anak pada usia tertentu bisa mendapat kesialan sehingga diperlukan perlindungan.
         Anak-anak tersebut biasanya mengenakan pakaian tradisional untuk acaranya dan setelah mengunjungi kuil banyak orang membeli chitose-ame (permen seribu tahun) yang dijual di kuil.





O-misoka (31 December)
をーみそか
        Masyarakat Jepang membersihkan rumah (Osoji) untuk menyambut tahun baru dan untuk menghilangkan pengaruh tidak baik.
         Banyak warga yang mengunjungi kuil Buddha untuk mendengarkan bel berbunyi sebanyak 108 kali ketika malam hari (joya no kane). Hal ini dilakukan untuk mengumumkan bahwa tahun lama telah dilewati dan tahun yang baru telah datang.

        Alasan kenapa dibunyikan 108 kali adalah karena penganut Buddha percaya manusia digoda 108 macam hasrat dan nafsu duniawi (bonno). Dengan tiap kali bunyi, satu hasrat dihilangkan.
    Menjadi adat juga bahwa memakan toshikoshi soba (mie melewati tahun) diharapkan bahwa seluruh keluarga mendapat keberuntungan layaknya sepanjang mie yang panjang.





























Comments

Popular posts from this blog

Menampilkan Sinyal Menggunakan MATLAB

Pengolahan Sinyal Digital - Teori Dasar

Belajar Arduino - Menyalakan Lampu LED